Category Archives: Uncategorized

(Flash Fiction) Teguh


credit

“Jawab Ratna. Jawab!”

Ratna masih diam. Tak ada kata yang muncul satu pun dari mulutnya untuk menjawab pertanyaan Lis, ibu kandungnya. Hanya tangis yang bisa dilakukannya. Tapi, tangis saja tak mampu melegakan hati ibunya. Lis terus menggoyang-goyang tubuh Ratna demi mendapat sebuah jawaban.
“Jawab Ratna. Jawab!”
Lis mengulang pertanyaan yang sama, yang ditanyakan olehnya kepada Ratna tiga menit yang lalu. Lis sudah tidak sanggup lagi menggoyang-goyang tubuh Ratna. Tubuhnya sendiri terjatuh di lantai. Terduduk lemas. Menangis kencang.
Namun Ratna tetap diam. Bukan karena dia takut ibunya mengetahui tentang kehamilannya. Tapi lebih karena dia tidak ingin ibunya sakit hati setelah mengetahui kalau yang menghamilinya adalah ayah tirinya sendiri.

-107 kata-

(flash fiction) Tidak Peduli

“Mama, lihat!! Hitunganku kali ini benar kan?” Ucapku sambil menoleh ke arah Mama.
“Aku sudah bisa menghitung banyak angka. Aku hitung ya. Satu, dua, tiga, empat, lima. Ada lima angka yang sudah bisa aku kalikan dengan tiga angka lainnya. Aku pintar kan, Ma?” Tanyaku lagi bersemangat. Mama tetap tidak menyahut. Masih saja berbicara dengan mimik wajah cemberut dengan para tetangga.
“Ma, lihat dong kerjaanku!!” Kali ini aku berteriak lebih keras sambil melempar kapur yang aku pegang ke arah tembok.
Mama masih tidak peduli. Kudatangi mama lalu kupukul lengannya sambil mengoceh karena tidak diperhatikan. Apa yang dilakukan Mama? Hanya menggandengku lalu membawaku pergi dari hadapan para tetangga, kembali ke tempatku menulis angka-angka.
Aku jengkel, tapi biarlah. Asal aku berhasil menyelesaikan perkalian yang ada di dinding. Aku kibaskan-kibaskan tanganku ke samping badan, berulang-ulang, terus-menerus. Aku ambil kapur lain dan menghitung kembali angka lain yang ada di otakku. Mencoretnya di dinding yang sudah penuh dengan hitungan lainnya.
***
Pikiran ibu muda itu tidak pernah terpusat pada obrolan teman-temannya, yang juga para tetangganya, tentang perkembangan anak-anak mereka. Dia melirik pasrah anak laki-lakinya yang sudah berumur 11 tahun dan sedang asyik sendiri menulis beberapa angka di tembok rumahnya dengan kapur. Karena anaknya berbeda, anaknya autis.

-200 kata-

Giveaway Novel Cinderella Syndrome, Leyla Hana

Saya mengikuti GA Bunda Leyla Hanna yang diharuskan membuat sinopsis dengan ending berdasarkan imajinasi masing-masing peserta GA. Saya mengambiltokoh Annisa, gutu TK yang berusia 28 tahun. silahkan membaca sinopsis ala saya 🙂
***
Adalah Annisa Dwi, wanita yang umurnya menjelang ke arah 30 tahun. Berprofesi sebagai guru TK di pinggiran Surabaya. Masih single. Merasakan berpacaran hanya dua kali semenjak dirinya merubah penampilannya ketika kuliah semester  5. Pacar pertamanya, ketika dirinya mulai bekerja, sekitar 5 tahun yang lalu. Dan pacar keduanya, ketika dirinya berusia 27 tahun. Dan payahnya, kedua pacarnya memutuskannya karena mereka sudah memiliki kekasih baru alias Annisa diduakan. Merasa dikhianati dua kali, akhirnya Annisa hanya berani mengagumi saja, tidak berani untuk terlalu menunjukkan perasaan sukanya pada laki-laki yang disukainya.
Konsep pacaran pada otak Annisa adalah memiliki laki-laki yang siap untuk mengajaknya menikah. Sehingga ketika akan memutuskan untuk pacaran, maka yang dilihatnya pertama kali adalah kemapanan si laki-laki. Kenapa seperti itu? Karena Annisa merasa bahwa dirinya memiliki garis hidup yang tidak mujur. Dia hanya lulusan S1 Pendidikan Taman Kanak-Kanak dengan pekerjaan yang memiliki gaji di bawah satu juta rupiah. Teman-teman di perumahan tempat dia tinggal, memiliki karir yang bagus dan mampu menunjukkan hasil dari kerja keras mereka di hadapan para tetangga. Dan lagi, teman-teman perempuannya sudah banyak yang menikah. Sedangkan dia? Masih melajang sampai sekarang. Tidak ada satu lelaki pun yang mendekati dirinya sehingga membuat dirinya semakin pesimis dengan masalah jodoh. Tanpa Annisa sadari, rasa pesimisnya ini membuat dirinya menarik diri untuk menjalin hubungan pertemanan dengan laki-laki.
Hingga pada suatu hari, dia mengenal salah satu wali murid. Namanya Pramono, yang merupakan ayah dari Lena, salah satu siswa kelas TK B. Annisa mengenal Pramono karena Lena sering memukul teman-teman sekelasnya ketika dia marah. Pengendalian emosi yang tidak baik pada Lena inilah yang membuat Annisa sering bertemu Pramono di sekolah. Dan intensitas bertemu yang sering inilah membuat Annisa merasakan ada yang berbeda dengan perasaannya kepada Pramono. Hingga pada suatu hari, Annisa memberanikan diri untuk meminta nomer handphone Pramono dengan alasan memudahkan komunikasi tentang masalah Lena.
Dan ternyata, inilah awal dari hubungan terlarang antara Annisa dengan Pramono. Annisa jatuh cinta kepada Pramono karena dia adalah laki-laki yang mapan karena usaha konveksi miliknya, ramah, memiliki sifat kebapakan yang baik dengan ditunjukkannya lewat kasih sayangnya kepada Lena dan Pramono adalah laki-laki yang care pada kehidupan Annisa. Sedangkan Pramono, jatuh cinta atas keayuan budi pekerti Annisa yang sangat jauh berbeda dengan istrinya. Meskipun Annisa tahu bahwa rasa cintanya kepada Pramono adalah cinta yang terlarang, tetapi dirinya yakin bahwa Pramono akan menikahinya karena Pramono sudah mengajukan cerai atas istrinya di pengadilan agama karena istrinya yang suka memukul Lena ketika marah dan selalu mengejek Pramono ketika uang bulanannya tidak mencukupi.
Sebenarnya, Pramono tidak menjanjikan apa-apa kepada Annisa karena proses perceraiannya belum menghasilkan keputusan apa-apa. Tetapi, karena Annisa dan dia sudah merasakan jatuh cinta yang sangat, akhirnya dia memutuskan untuk menjalani saja hubungannya dengan Annisa tanpa harus mengkhawatirkan proses perceraiannya. Dan hubungan mereka sudah sangat jauh sampai saling dipertemukan pada orang tua masing-masing. Mereka berdua yakin, bahwa jalan percintaan mereka akan mulus sampai ke pelaminan ditambah lagi proses perceraian Pramono sudah menghasilkan keputusan yang menyenangkan bagi mereka berdua, dengan artian Pramono dan istrinya sudah resmi bercerai.
Sampai pada akhirnya, ibu Annisa tidak menyetujui hubungan dia dan Pramono dengan alasan Pramono pernah bercerai. Awalnya, Annisa menentang penuh keputusan ibunya karena menurutnya tidak masuk akal sekali kalau perceraian dijadikan alasan untuk tidak merestui hubungan mereka. Setelah beberapa waktu dan seringnya berdiskusi dengan ibunya, akhirnya Annisa mengerti maksud ibunya. Khawatir kalau Annisa mengalami efek dari perceraian Pramono dan istrinya.
Setelah berhari-hari merenung, akhirnya Annisa mengambil keputusan untuk berpisah dengan Pramono. Dan Pramono mengerti dengan alasan dari Annisa karena itu adalah salah satu resiko ketika dirinya mengambil keputusan bercerai. Akhirnya, mereka berdua berpisah dengan baik-baik dan Annisa mulai menyadari bahwa jalan hidupnya tidak selalu tidak beruntung tapi dia harus menjemput takdirnya kalau ingin sukses.