Semoga ini cukup. Kupandangi bakso yang ada di dalam panci. Segera aku mengambil wadah dan mulai menghitung.
1, 2, … 128, 129. Kuhentikan hitunganku. Jamaah pengajian ada 25 orang. Kalau masing-masing diisi lima bakso, berarti harusnya 125. Wah! Sisa empat. Bisa kuberikan Riris.
Aku tersenyum lega karena Riris yang masih empat tahun sudah memiliki lauk untuk besok. Tapi saat hendak beranjak, kulihat Damar yang berdiri di ambang pintu.
Ya Tuhan! Aku lupa Damar! Makan apa dia besok?
Kuhampiri dia. “Sudah pulang main ternyata.”
Damar tak menyahut. Tatapannya tertuju pada panci dan dua kali kulihat dia menelan ludah.
“Damar mau bakso?” tanyaku. Damar mengangguk cepat, lalu mengalihkan pandangannya padaku.
“Besok Mbak belikan ya,” janjiku.
“Tapi aku maunya sekarang, Mbak. Aku lapar.” Damar mencoba menegosiasikan keinginannya dengan alasan yang masuk akal bagi keluarga kami. Lapar.
“Tapi Damar, bakso itu pemberian bu Syaiful untuk jamaah yang mengirimkan yasin untuk Ibu. Ini hari ketujuh,” ucapku. Mencoba memberikan penjelasan pada Damar yang masih delapan tahun. “Dan hanya tersisa empat biji. Mbak berikan ke Riris.”
Kupeluk Damar yang tak menyahut. “Bakso itu amanah. Mbak nggak berani mengambil lagi kalau sudah ngga ada sisa,” jelasku sambil meratapi keadaan kami yang tak sanggup membeli bakso walau hanya semangkuk.
konfliknya bukan cuma ekonomi yaa… tapi soal yasinan utk kirim doa yang harus pake duit. huhuu.. emang, biaya itu gk kenal seumur hidup, krn yg sudah mati pun teteeep butuh biaya sampe kapan pun!
betul mak… betul sekali itu. setidak punyanya kita uang, kita juga masih memikirkan akan memberi apa pada orang lain yang ikhlas mengirimkan doa untuk orang yang meninggalkan kita 😦
Lha Riris itu siapa…?
adeknya Damar ya..?
Knp gak dibagi dua dengan Riris…?
Iya, adiknya damar. Hm, mungkin karena cuma empat biji dan empat biji itu bisa dibuat makan pagi dan sore untuk anak usia 4 tahun 🙂
Yg meninggal ibuny mereka? Agak aneh kalo bu syaiful g ngasih jatah bakso untuk keluarga ibu. Pdhl pasti ny tau kalo krg scra ekonomi
Ya itulah, akhirnya bu syaiful membantu mereka juga kan?
hiks…..
kasihan jika orang tidak mampu harus mengadakan tahlilan dan yasinan, sementara kebutuhan hidup mereka susah untuk dipenuhi
Tapi kadang itu perlu juga, mas, diadakan. apalagi saat mereka percaya bahwa tahlilan bisa menghapus dosa yang meninggal atau tahlilan bisa mempermudah yang meninggal dalam kematiannya 🙂
Saya lebih cenderung kepada doa orang yang datang itu yg bisa membantu org yg meninggal… apalagi jika doa dr anak-anaknya. sedangkan tahlilan yg memberatkan si keluarga yg ditinggalkan itu yg rada gimanaaaa gitu
OBAT PERSENDIAN
mantap banget websitenya keren bingittss
http://goo.gl/dmFUB4
Terima kasih 🙂