[Flash Fiction] MFF #47 : Cerita Ranu pada Suatu Sore

Gambar

“Cinta itu candu, Lena.”

Aku diam saja, tetap menyesap cola dingin, saat Ranu mengatakannya dengan memandang sebuah wajah berdagu lancip di ponsel. “Aku bahkan ingin menjadikanya istriku,” kata Ranu setelah meletakkan punggung di sandaran kursi kayu.

“Sampai seperti itu?” tanyaku tanpa menoleh padanya. Dan aku tahu, Ranu mengangguk.

“Lalu Kayla?” tanyaku kembali, masih dengan menyesap cola. Kali ini sedikit sesapan saja. Cola yang biasanya tak pernah luput dari saku tasku, kini seperti tak memiliki pesona untuk kuteguk. Seolah tak lagi membuatku candu.


Ranu diam saja, lantas mengangkat kaki kanannya di atas paha kiri. Kemudian tangannya direntangkan di ujung sandaran kursi, melewati punggungku. “Sejak awal aku tak pernah cinta dia, Lena.”

“Kayla punya kanker rahim, Ran.” Aku mengingatkannya saat aku menyadari pandangan matanya masih lurus ke depan dan tak ada wajah Kayla di sana.

“Janitra benar-benar membuatku terhuyung. Tak seperti wanita lain yang pernah bercinta denganku,” jawabnya tanpa pedulikan apa yang baru kukatakan padanya. Melihat Ranu yang terlalu mabuk dengan sosok teman kantornya itu, membuatku muak. Kubuang kaleng cola di genggamanku dengan kekuatan penuh. Kaleng itu menggelinding jauh, menerobos perdu.

“Cola itu belum habis!” teriak Ranu.

“Lalu?” tanyaku ringan tanpa menoleh padanya. “Hilang hasratku pada cola itu, sore ini.”

Ranu kembali ke posisi duduk semula. Kali ini dengan membelai halus bagian belakang kepalaku. Bulu kudukku sedikit berdiri, tapi kemudian kembali tidur setelah kuperintahkan otakku untuk menetralkan laju jantungku.

“Lantas, bagaimana selanjutnya? Kamu akan meninggalkan Kayla dan menikahi Janitra?”

Tak menjawab pertanyaanku, malah Ranu menanyakan sesuatu padaku. “Bagaimana kalau benar-benar kujadikan istri saja?”
Sejenak kucerna pertanyaannya, tapi gagal untuk kupahami juga. Terpaksa kutolehkan tatapanku padanya. “Kenapa? Ada yang salah?” tanyanya, mungkin karena melihat reaksiku yang dianggapnya berlebihan karena tatapanku yang menghujam.

“Gajimu saja tak cukup buat kontrol rutinnya Kayla,” tukasku.

Ranu kembali memilih posisi duduk baru. Kali ini dengan kaki yang terbuka dan meletakkan kedua sikunya di paha untuk menopang tubuh bagian atasnya. “Kami bahkan tak pernah berciuman bibir,” kata Ranu dengan sedikit senyum di ujung kanan bibirnya. “Berbeda dengan Tyas dan Komala, yang puas kucumbu.”

Kuambil nafas dalam tapi tak kutampakkan saat aku menghembuskannya. Tanganku menggenggam erat tas di samping pahaku, mengalirkan kejengkelanku.

“Cinta memang memang candu,” kata Ranu dengan kepala yang menengadah, menyipit saat melihat sekumpulan kelelawar yang keluar dari sarangnya.

“Lalu kenapa kau dulu menikahi Kayla?” Aku menanyakan pertanyaan yang selalu kupendam, yang tak berani kutanyakan, bahkan saat pertama kali dia berkata kalau sedang menjalin hubungan dengan wanita lain setelah dia menikahi Kayla.

“Dia tak pernah menjadi candu buatku,” jawabnya singkat sambil beranjak dari duduknya. Berjalan menjauh, meninggalkanku yang menatap punggungnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

***

Kuingat-ingat kembali percakapan kami sore itu. Percakapan terakhir. Sejak itu, aku memutuskan untuk tak lagi bertemu Ranu. Terlalu sakit untukku, teman masa kuliah yang selalu mendengarkan ceritanya.

Tak hanya Ranu saja yang terhuyung oleh Janitra, aku pun begitu. Terlalu terkekang dengan sosok Ranu, bahkan di usiaku yang sudah lebih dari tiga puluh tahun. Tapi kali ini, Ranu seperti kaleng cola yang sore itu kulempar dan menggelinding di balik perdu.

6 thoughts on “[Flash Fiction] MFF #47 : Cerita Ranu pada Suatu Sore

  1. jampang 21/04/2014 at 5:42 am Reply

    untunglah bisa terlepas dan tersadar dari candu ranu 😀

    • missrochma 21/04/2014 at 7:14 am Reply

      Iyaapp, untung terlepas. Biar segera nikah si Lena.. 😀

  2. linda 23/04/2014 at 12:04 pm Reply

    hi suka temen sampe gitu 😦 padaha bukan cowok baik

    • riarochma 23/04/2014 at 12:18 pm Reply

      Ada beberapa cinta yang mmg seperti itu, linda 🙂

  3. laila sa'adah 26/04/2014 at 10:37 pm Reply

    Jadi teringat ada juga istilah “agama itu candu”

  4. Yati Rachmat 16/12/2014 at 6:10 am Reply

    Ternyata riarochma penulis FF juga ya? Wah, mau belajar ah nulis FF. Bunda jarang sekali, bahkan sudah beberapa bulan gak ngikutin bikin FF, mati ide, hehe…

Menerima komentar, kritik, saran dan mie ayam ^_^