[Flash Fiction] MFF #44 :Tempat Perpindahan

Gambar

Malinda mempercepat larinya. Matahari sudah hampir berada di atas kepala saat dia keluar dari gerbang istana Lokmeld. Tengah hari adalah waktunya untuk kembali ke Rossmerland dan pintu Perpindahan hanya memberinya kesempatan selama tiga menit.

Ujung bawah gaun sifon berwarna kuning yang dikenakannya, sudah terlihat kotor. Mungkin karena dia hanya memakai alas kaki datar yang bergesekan dengan tanah lembek di hutan. Malinda merasakan sedikit perih di kakinya, mungkin karena perdu berduri, tapi dia abaikan. Nafasnya yang tersengal-sengal, akhirnya memaksanya untuk sebentar saja berhenti di bawah pohon dengan dahan yang penuh dengan uliran benalu.

Sebentar lagi sampai!

Setelah men

gambil nafas dalam-dalam, Milanda mengayuhkan kembali langkahnya menuju arah barat dengan sesekali menoleh ke belakang saat dia mendengar dari kejauhan suara orang-orang yang mencarinya.

Aku harus cepat! Jangan sampai mereka menemukanku!

Sebenarnya, kakinya sudah terasa berat untuk digunakan lari. Kehidupan istana memaksanya untuk tak pernah melatih fisiknya untuk menghindarkan kecurigaan. Mengingat kembali bahwa kesempatannya untuk kembali ke Rossmerland hanya siang ini, dipaksakan otot kakinya untuk terus menapaki hutan yang tak pernah lagi dia datangi selama delapan bulan. Lagipula, raja Lokmeld pasti tak akan memberinya kesempatan untuk kembali setelah dia berhasil mencuri beberapa ramuan rahasia, beberapa buku taktik perang, dan berkantong-kantong permata langka yang tersimpan di museum istana.

Dia menyungging senyum saat sampai di sebuah bukit tinggi dengan jurang dalam yang menjadi penjaga di kanan kirinya. Di atas bukit panjang itu, terdapat sebuah jalan yang terbuat dari rangkaian besi dan papan-papan kayu yang disusun sebegitu rupa untuk membentuk sebuah jembatan panjang sebagai jalur perlintasan. Jalur yang dikenal dengan sebutan Tempat Perpindahan oleh sebagian pengawal pribadi raja Rossmerland.

Jangan lupa, hitung sampai enam belas dari langkah awalmu. Dan aku akan menunggumu di pijakan terakhir. Malinda mengingat kembali pesan Roman, dukun raja Rossmerland, yang tersirat lewat mimpinya dua malam lalu. Mulutnya mulai menghitung saat ujung kakinya mulai melangkah. Tangannya memegang erat pegangan jembatan karena kabut tebal mulai datang dan menghalangi pandangannya. Pertanda bahwa pintu menuju Rossmerland akan terbuka.

“Roman! Langkahku sudah di enam belas!” teriak Malinda kencang. Tiba-tiba, papan kayu yang ada di depannya terlepas dari besi penahan dan berdiri sendiri di hadapan Malinda. Kemudian papan kayu itu bergerak ke belakang seperti sebuah pintu yang terbuka. Sejenak Malinda ragu, tapi sudah tak ada lagi alasan dia untuk kembali ke istana.

“Selamat tinggal, Froy,” bisiknya saat melangkahkan kaki memasuki pintu Perpindahan dengan tangisan hati karena cinta yang tertinggal pada raja Lokmeld.

***

“Raja, kami tak bisa menemukan jejaknya,” lapor salah satu pejuang Lokmeld saat memasuki kamar pribadi Froy pagi itu. Froy tak menyahut. Dia sedang berdiri di dekat sebuah jendela besar bertirai tebal berwarna merah tua, menatap hutan di mana Tempat Perpindahan berada.

Di mana kamu, Malinda? Aku merindukanmu. Froy membuka jendela itu lebar-lebar, menikmati angin pagi yang menerpa wajahnya. Ada luka di hatinya saat beberapa hari yang lalu, penasehat pribadinya yang bernama Yangma menyampaikan bahwa Malinda adalah salah satu pengawal Rossmerland yang menyusup ke dalam istana Lokmeld dan berpura-pura menjadi salah satu selirnya.

&nbsp

Tagged: , ,

13 thoughts on “[Flash Fiction] MFF #44 :Tempat Perpindahan

  1. Ade Anita 30/03/2014 at 11:32 am Reply

    Kereeennn… otomatis tergambar visualisasi cerita ini dalam kepalaku pas aku baca ceritanya.

    • missrochma 30/03/2014 at 1:11 pm Reply

      terima kasih, mak.. ini sempat khawatir kl gak bisa tergambar dengan baik 🙂

  2. dian farida 30/03/2014 at 1:22 pm Reply

    Iy,settingny detail:)

    • missrochma 30/03/2014 at 1:36 pm Reply

      terima kasih 🙂
      untung diberi 500 kata maksimal 🙂

  3. alaika 30/03/2014 at 1:47 pm Reply

    Serasa ikutan berlari bareng Malinda nih sy mencapai pintu perpindahan, Mba Rochma. Baguuus. 🙂

    • missrochma 30/03/2014 at 1:54 pm Reply

      terima kasih, mak Al 🙂
      semoga menghibur disela-sela liburan 🙂

  4. jampang 31/03/2014 at 7:31 am Reply

    deksripsinya keren, mbak

  5. Latree 02/04/2014 at 1:47 pm Reply

    bagus 🙂

  6. Attar Arya 10/04/2014 at 4:16 pm Reply

    iya, bagus. aku suka ceritanya. tapi koreksi tetap boleh kan? 🙂

    1. Ada selip sedikit dari Malinda jadi Milanda. >> paragraf dua.
    2. Pada paragraf lima nama ‘Lokmeld’ disebutkan seolah nama orang. Padahal itu nama kerajaan.

    Udah cuma dua. Itu pun karena saya lagi kurang kerjaan, nyari-nyari ‘kesalahan’ cerita ini. Hehe.

    Keren, Rochma! 🙂

    • missrochma 10/04/2014 at 4:49 pm Reply

      Waduh, iya ya? Makasih diingatkan, Bang.. *salim*
      Memang butuh koreksi begini sih, soalnya kadang terlalu semangat buat, terlewat. Padahal juga sudah diedit dan dibaca ulang lho. Makasih, bang. Segera diedit 🙂

  7. laila sa'adah 19/04/2014 at 12:32 pm Reply

    Heeemmmmm……

  8. Yati Rachmat 16/12/2014 at 6:17 am Reply

    Keren, Bunda seperti lagi nonton film layar lebar dan melihat sang puteri berlari-lari di hutan dikejar musuh. Ciyuus…keren lho.

Menerima komentar, kritik, saran dan mie ayam ^_^